Foto: Vivi Ratnawaty (54) dan putrinya Novika Lumbangaol (19), yang diterima di Fakultas Kedokteran USU Medan lewat jalur SNBP 2023. Foto - ja
Selasa malam (28/3), rasa kaget, bangga, gembira dan haru mengaduk-aduk isi hati Viva Ratnawaty (54) dan Novika Lumbangaol (19). Beberapa saat setelah Vika mengakses sebuah situs, di layar ponselnya segera muncul sebuah informasi: "Selamat! Anda Dinyatakan Lulus Seleksi SNBP 2023, Novika Lumbangaol Jurusan Pendidikan Kedokteran Universitas Sumatera Utara."
Ibu dan anak itu pun langsung larut dalam haru dan bahagia. Mereka saling berpelukan sembari menyebut kebesaran asma Allah.
"Sejak kecil Vika memang sudah bercita-cita ingin jadi dokter. Kelak setelah jadi dokter, ia juga ingin menjaga kesehatan adiknya yang sejak SD telah diambil mata kanannya karena kanker," tutur Ratnawaty. Ia ditemui di Sekolah Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Sabtu (1/4). Bersama Novika Lumbangaol, hari itu mereka bertemu dengan Koordinator Program anak Asuh YP SIM, Sahayu Surbakti, ST.
Vika, begitu Novika Lumbangaol karib disapa, sejak tahun 2020 adalah siswa SMA Sultan Iskandar Muda yang diterima lewat jalur Program Anak Asuh yang didirikan dr. Sofyan Tan sejak 1990. Program ini sejak berdiri telah membantu ribuan anak dari keluarga miskin, tanpa menyoal perbedaan latar belakan etnis, suku, agama dan gender mereka. Siswa anak asuh itu untuk mendapatkan pendidikan bermutu di setiap jenjang pendidikan (TK, SD, SMP, SMA/SMK) yang ada di YP SIM.
Sejak 2007 Kerja Cuci Gosok
Ratnawaty sendiri sejak 2007 berstatus sebagai orang tua tunggal bagi keempat anaknya. Suaminya, satpam di sebuah plaza di daerah Pasar Pringgan, meninggal dalam sebuah kecelakaan saat sepeda motor yang dikendarainya menabrak truk yang tengah di parkir di sebuah perempatan tak jauh dari rumah kontrakan mereka di Koserna, Padang Bulan.
"Saat suami saya meninggal, anak-anak saya masih kecil-kecil," tuturnya. Vika saat itu berumur 3 tahun, abangnya yang sulung 7 tahun, dan abang nomor dua 6 tahun. Sedang si bungsu, berumur 9 bulan, masih bayi. Ratnawaty harus banting tulang membesarkan keempat anaknya.
"Saya kerja mocok-mocok, jadi tukang cuci dan setrika, "tuturnya. Ia membawa bayinya ke tempat kerja. Beruntung majikannya baik hati, paham akan kondisinya. Di tengah perjuangannya, saudara-saudaranya tak berpangku tangan melihat keadaannya. Pamannya di Pekanbaru membantu sekolah si sulung dan adiknya hingga tamat SMA. Setelah selesai mereka pulang Kembali ke Medan dan telah bekerja. Satu orang sebagai penjaga wartel, satu lagi buruh di pabrik garam di daerah Sunggal.
Menderita Diabetes
Sepuluh tahun bekerja sebagai tukang cuci dan gosok, honor yang diterima Ratnawaty hanya cukup membiayai makan sehari-hari dua anaknya yang masih bersekolah, Vika dan adiknya. Untuk sewa rumah, Rp 5 juta per tahun, masih dibantu pamannya. Setelah sepuluh tahun bekerja, cobaan datang lagi. Sejak tahun 201, Ratnawaty divonis dokter mengidap diabetes. Ia tak boleh lagi bekerja keras.
"Bahkan jalan kaki pun sekarang mulai susah," ujarnya. Untuk mengurangi beban ekonomi, Vika mengaja les anak SMP, Awalnya honor yang diterima Rp 200.000 per bulan, terakhir naik jadi Rp 400.000. Sebagian untuk uang saku, sebagian lagi biaya jika ada tugas-tugas praktik di luar sekolah. Aba-abangnya kadang juga membantu untuk mengasapi dapur keluarga.
Dengan keadaan ekonomi cekak seperti itu, tak heran saat bertemu Ketua Dewan Pembina YP SIM, dr. Sofyan Tan, Kamis (29/3) Ratnawaty tak dapat menahan isak tangisnya saat menuturkan kisah perjuangan hidupnya sebagai janda hingga Vika diterima di Fakultas Kedokteran USU Medan.
Dua hari setelah pengumuman penerimaan mahasiswa di PTN lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), dr. Sofyan Tan memang mengajak pertemuan dengan 63 siswa SMA dan SMK Sultan Iskandar Muda yang lulus SNBP, sebagai bentuk apresiasinya. Orang tua ke-63 siswa juga diundangnya. Dari 63 siswa yang lulus SNBP, sebanyak 8 siswa berstatus sebagai anak asuh.
Selalu Meraih Prestasi Akademik Terbaik
Vika sendiri meski siswa Program anak Asuh, sejak SD prestasi akademiknya memang ciamik. Mulai kelas 1 hingga 6 ia selalu meraih rangking 1 atau 2. Bahkan saat SMP ia selalu meraih juara umum. Saat di SMA, ia juga Juara 1 di kelas, dan 2 kali Juara Umum. Tahun 2023, ia meraih Medali Perak POSI untuk mata pelajaran Matematika dan Biologi. Vika bercita-cita ingin jadi dokter spesialis. Saat ini ada dua bidang yang dibayangkannya: onkologi atau internis. Jika pilihan internis dipengaruhi amannya di Pekanbaru, pilihan Onkologi karena dilatari kanker mata yang pernah diderita adiknya.
Ratnawaty mengaku sangat bergembira begitu mendengar komitmen dr. Sofyan Tan yang akan terus memperjuangkan putrinya agar mendapatkan beasiswa KIP kuliah maupun beasiswa lain agar mewujudkan mimpi putrinya sebagai dokter. Ia sadar kuliah di Fakultas Kedokteran butuh biaya tak sedikit, sementara sebagai orang tua tunggal, kondisi fisiknya kurang memungkinkan untuk membiayai kuliah putrinya.
"Buku-buku kuliahnya katanya mahal-mahal, ini yang membuat saya khawatir," katanya. Di sisi lain, mengharap bantuan dari saudaranya terus-menerus, ia juga merasa tak enak. Karena itu ia sangat berharap dr. Sofyan Tan dapat memperjuangkan beasiswa KIP kuliah dan beasiswa lain bagi putri semata wayangnya agar mewujudkan mimpinya sebagai dokter. (ja)
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...