Anak Asuh : Merajut Asa Lewat Pendidikan Kedokteran

Empat siswa (Program Anak Asuh) SMA Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal yang diterima di Fakultas Kedokteran dan Farmasi lewat jalur SNMPTN 2022,  (dari kiri) Samuel Putra Ariando Malau, Rantika,  Putri Octaviani dan Karien Erliza Butar-Butar. - foto j anto

Isak tangis haru berbaur rasa bangga pecah Selasa (29/3) jelang sore di sebuah rumah kontrakan di Asam Kumbang, Medan Sunggal.

"Ayah, ibu dan adik saya langsung memeluk saya saking terharunya. Kami sekeluarga menangis berpelukan sembari berkali mengucap syukur kepada Tuhan. Terus terang saya  bangga, meski ayah hanya seorang tukang becak pengantar papan  bunga, tapi anaknya bisa diterima di Fakultas Kedokteran." 

Kisah itu meluncur dari  Samuel  Putra Ariando Malau, saat ditemui di SMA Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Rabu (30/3). Samuel ditemui bersama Putri Octaviani, Karien Erliza Butar-Butar dan Rantika.

Keempatnya adalah siswa SMA Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal. Mereka juga siswa yang tergabung dalam Program Anak Asuh, yang diinisiasi dr.Sofyan Tan sejak tahun 1990. Samuel, Putri Octaviani dan Karien Erliza Butar-Butar diterima di Fakultas Kedokteran lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), sedang Rantika diterima Fakultas Farmasi.

Bantu Lewat Becak Barang

Samuel adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Ayahnya semula bekerja sebagai tukang becak motor (betor). Betor itu bukan milik sendiri, melainkan disewa dari orang lain. Sedang ibunya berladang, tapi ladang juga disewa, alias milik orang lain. 

Dari pekerjaan menarik betor, ayahnya berhasil menyisihkan sebagian penghasilannya hingga tahun 2009 bisa memiliki becak sendiri. Namun saat bisnis transportasi online makin menjamur, ayahnya memutuskan merombak becaknya jadi becak barang. Sejak itu, ia lebih sering  mengantar pesanan karangan bunga untuk orang-orang yang tengah menyelenggarakan pesta, perkawinan dan duka. Di tengah kesibukan belajar, Samuel tak segan membawa becak ayahnya,  jika ada tetangga atau orang yang membutuhkan jasa pengantaran barang. Tentu semua itu dilakukan setelah usai sekolah.

"Menjadi dokter memang cita-cita saya karena dokter adalah profesi mulia. Saya ingin membalas jasa  Pak Sofyan Tan kelak setelah saya jadi dokter," ujar Samuel.

Samuel diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Jambi, sementara Putri Octaviani diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara (USU), Medan, Karien Erliza Butar-Butar di Fakultas Pendidikan Kedokteran Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, sementara Rantika diterima di Fakultas Farmasi USU, Medan. 

Keempat siswa itu adalah bagian dari 71 siswa SMA Sultan Iskandar Muda (67) dan SMK Sultan Iskandar Muda (4) yang lolos seleksi SNMPTN tahun 2022. Dari 71 siswa yang diterima diberbagai PTN, sebanyak 10 siswa berstatus sebagai  anak asuh, 9 berasal dari unit SMA, 1 orang dari unit SMK.

Bagai Mimpi

Sama seperti Samuel, Putri Octaviani juga berasal dari keluarga ekonomi sederhana. Ayahnya semula berdagang rujak keliling di lingkungan kampus USU Medan. Setelah ada  kebijakan bahwa areal kampus harus bersih dari pedagang kaki lima, ayah Putri memutuskan berdagang keliling ke Tanjung Rejo hingga Sri Gunting. Namun sejak 2020 ayah Putri nya praktis tak lagi jadi pedagang rujak keliling. Sakit jantung membuatnya lebih banyak berdiam di rumah. 

Untuk membuat agar asap dapur tetap mengepul, ibu Putri membantu dengan  bekerja sebagai penjaga toko pakaian di Pajak Melati. Honornya Rp 50.000 per hari. Namun karena faktor usia, ia lebih sering absen kerja. Beruntung abang dan kakaknya yang sudah berkeluarga ikut membantu kebutuhan dapur Putri dan orangtuanya.Abang dan abang ipar Putri jadi pedagang bakso dan rujak.

Diterima di Fakultas Kedokteran bagi Putri seperti mimpi. Bungsu dari 4 bersaudara ini  punya cita-cita mulia ingin membahagiakan orang tua dan membantu orang-orang miskin, kelak jika ia sudah menyelesaikan pendidikan kedokterannya. 

Dari Menari Dapat Honor

Lain lagi yang dilakukan Karien Erliza Butar-Butar untuk membantu orangtuanya. Sejak 2014, Karien tinggal dengan ibunya, karena ayahnya meninggal dunia. Ibu Karien sehari-hari membuka kedai makan di Simpang Pemda. Menjaja indomie rebus, teh  dan kopi. Pekerjaan itu dilakukan setelah tugas mencuci baju di sebuah rumah tangga selesai dilakukan pagi harinya.

Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, Karien tergolong siswa yang  cukup aktif mengikuti berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Ia punya hobi menari dan suka ikut lomba pidato. Dari hobi menarinya,  ia bahkan tak jarang mendapat honor. Terutama saat tampil pada event di luar sekolah, saeperti tahun Baru Imlek 2022 yang dihadiri Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadirem Makarim. Besaran honor yang diterima antara Rp 100.000 - Rp 200.00 sekali tampil. 

Karien kini tengah bersiap-siap untuk mengubah kehidupannya dengan menempuh studi di Fakultas Pendidikan Kedokteran Universitas Syah Kuala, Banda Aceh.

Sempat Berjualan Nasi Kuning

Kisah ekonomi keluarga Rantika, yang diterima di Fakultas Farmasi USU, juga tak jauh berbeda dengan keadaan orangtua Samuel, putri dan Karien. Ayah Rantika sehari-hari bekerja sebagai buruh bongkar muat barang di Pajak Ikan, Medan Kesawan. Sebelumnya, ayahnya pedagang  jajanan tradisional orang-orang Tamil. Namun sejak ada larangan tak boleh berdagang di dalam pajak, ayahnya lalu jadi buruh bongkar muat barang.

 Untuk membantu orangtuanya, saat kelas X, Rantika pernah berjualan sarapan nasi kuning. Nasi itu dijual diantara teman-teman sekelasnya. Satu bungkus Rp 5.000. Dalam sehari ia bisa menjual 20 bungkus. Untungnya sekitar Rp 20.000. Namun sejak pandemi, ia banting stir jadi dropship atau reseller bisnis online. Ia mendapat komisi dari bisnis reseller itu. Tak terlalu besar tapi lumayan untuk bantu-bantu orangtua., juga kebutuhannya sebagai remaja.

Ingin Jadi Apoteker

Ia punya harapan khusus dengan diterimanya di Fakultas Farmasi USU Medan. "Suatu saat jika sudah bekerja sebagai apoteker, dan saya punya modal sendiri, saya ingin buka apotek sendiri," tuturnya.

Tiap anak asuh memang punya kisah pergulatan hidup masing-masing, juga harapan masing-masing. Jalan sudah makin terbuka di depan. "Terus terang saya merinding dan tanpa sadar langsung mata saya berkaca-kaca saking senangnya.  Ini jadi contoh bagi anak asuh lain untuk berani bermimpi tinggi seperti seting dibilang Pak Sofyan Tan," ujar Koordinator Program anak asuh, Ir. Sahayu surbakti, yang dulunhya juga anak asuh di Yayasan Perguruan sultan Iskandar Muda. (ja).

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates