Membangun sekolah yang mengusung asas kebinekaan, tidak akan pernah rugi, justru menuai banyak keuntungan. Pertama dari disi suplai calon siswa bakalan tidak akan pernah kekurangan karena tidak membatasi diri pada satu suku, etnis atau agama saja.
"Kedua kita juga banyak mendapat dukungan doa dari beragam agama yang dianut siswa, mungkin juga orangtua, sehingga penyelenggaraan pendidikan di sekolah pun berjalan lancar dan aman, " ungkap Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM), dr. Sofyan Tan saat memberi sambutan pada acara Pemberian Penghargaan kepada guru dan karyawan YP SIM yang telah mengabdi selama 5, 10, 15, 20 dan 25 tahun di Aula Bung Karno, Sabtu (20/8).
Lebih dari itu semua, menurut Anggota DPR RI dari Komisi X Fraksi PDI Perjuangan itu, sekolah yang mendukung pendidikan kebinekaan juga selaras dengan tujuan pendidikan nasional, yakni menghasilkan profil lulusan yang Pancasilais sesuai mandat dari para pendiri bangsa sekaligus amanah UUD 1945.
Acara pemberian penghargaan kepada 48 guru dan karyawan itu dirangkai dengan penyerahan aneka kue basah kepada para kepala sekolah menandai 34 tahun perjalanan usia YP SIM. Sofyan Tan hadir didampingi isterinya, Elinar, anggota dewan pembina Felix Iskandar Harjatanaya, B.Sc (hons), M. Sc dan dr. Fransiska Kotsasi, M.Sc, DIC., Ketua YP SIM Finche Kosmanto, SE, M.PSi dan pimpinan Sekolah, drs. Edy Jitro Sihombing, M.Pd.
Dimensi Kebinekaan dan Sosial
Menurut Sofyan Tan, dalam usia 34 tahun, YP SIM tak hanya dikenal sebagai sekolah yang dalam proses pembelajarannnya, baik di kelas maun luar kelas, mengintegrasikan dengan konsep pendidikan kebinekaan stau pendidikan karakter, tapi juga sekolah yang dikenal dengan Program Anak Asuhhya. Program yang mengampu anak-anak miskin, tak peduli latar belakang etnik, warna kulit, agama maupun gender, untuk dididik di Perguruan Sultan Iskandar Muda.
"Dulu awalnya banyak yang ngetawain saya, pesimis, mana mungkin program seperti itu bisa berjalan karena saya sendiri orang miskin," tuturnya. Tapi Sofyan Tan tak goyah dengan pendiriannya. Ia tipe seorang pekerja keras dan jika sesuatu telah diputuskan, tak mau diketjskan setengah-setengah.
Dan terbukti, 34 tahun kemudian, YP SIM sudah berhasil meluluskan 5300 siswa anak asuh. Mereka lulus dari jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Bahksn tak sedikit kini tengah kuliah di berbagai PTN dan PTS. Bakan sudah ada yang jadi dokter. ika dihitung secara ekonomi, subsidi yang telah diberikan untuk anak asuh total berjumlah Rp 3 miliar lebih. Belum lagi subsidi dalam bentuk pemotongan uang sekolah hingga uang sekolah gratis bagi anak guru dan karyawan.
Namun karena dua sisi pekerjaan itu tekun ia lakoni sekaligus selama 34 tahun, ia kini justru menuai hasil investasi sosial yang telah dilakukan itu. Jika tahun 1987, YP SIM hanya punya 7 lokal kelas, itupun bahannya setengah batu bata, setengah ram kawat dan atapnya dari seng, kini sudah ada 100 lokal lebih, dan bangunannya tergolong jangkung lengkap dengan teknologi media pendidikan canggih.
Memfasilitasi Program S2
Ia mengaku bersyukur telah memiliki staf, guru dan karyawan yang sudah merasa seperti satu keluarga hingga semua saling bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk mencapai tujuan. Bahkan tak hanya itu, pada tahun ajaran 2021/2022, lima kepala sekolah yang ada di YP SIM juga dijabat perempuan.
"Itu bukti bahwa sekolah kami juga menghargai keseteraan gender," ujar Sofyan Tan. Untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan, Sofyan Tan juga banyak memberi kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang S2 dan S3. Saat ini di YP SIM sudah ada 18 guru lulusan program S2, dan satu guru lulusan program S3.
"Sekarang ada 10 guru lagi sedang ikut Program S2," tambahnya
Sementara itu kepada guru dan karyawan yang menerima penghargaan karena telah mengabdi selama 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 tahun, sebagai bentuk apresiasi, pihak yayasan selain memberikan pin dan piagam, juga dana tabungan pensiun. Selain itu, mereka juga mendapat uang apresiasi khusus dari dr. Sofyan Tan. Besarannya sesuai masa kerja mereka. Dalam acara itu, dua orang guru juga telah menyelesaikan masa purna bakti mereka, yakni drs. Paraduan Silalahi, guru SMA dan Aini Miratna, SE, guru SMK. (Ja).
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...