Harap Cemas Peraih Beasiswa Bidikmisi

DITERIMA DI PTN: Sebanyak 21 siswa SMA/SMK YP Sultan Iskandar Muda Medan Sunggal diterima di sejumlah PTN di Tanah Air, diabadikan bersama Koordinator Program Anak Asuh, Sahayu Surbakti, ST, usai rapat koordi­nasi di sekolah Sultan Iskandar Muda, Rabu (24/7).

Medan, (Analisa). Bisa diterima di perguruan tinggi negeri, apalagi pada jurusan yang ditengarai tengah 'naik daun' alias banyak dilirik pasar tenaga kerja, tentu sebuah kebanggaan tersendiri. Terle­bih lagi bagi mereka yang semasa me­nempuh pendidikan di SMA berstatus sebagai anak asuh.

Inilah yang dirasakan Ibra Wijaya, siswa SMA Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal. Pada SNMPTN 2019, Ibra diterima di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra China, Universitas Su­ma­tera Utara (USU). Jurusan Sastra China memang jadi pilihan utama Ibra. Maklum, Ibra adalah peranakan Ti­ong­­hoa-Jawa. Ada rasa penasaran dari Ibra suatu saat bisa mengunjungi tanah leluhur ayahnya.

"Terus terang saya sangat terkejut, semula enggak yakin, karena yang men­daftar ke sastra China setahu saya banyak Tentu saya gembira saat buka website, nama saya tercantum," tutur Ibra ketika ditemui di Ruang Tamu Kantor Kepala Sekolah Perguruan Sultan Iskandar Muda, Rabu (24/7).

Bungsu dari dua bersaudara itu ha­nya satu dari 21 siswa anak asuh di se­kolah tersebut yang diterima di se­jumlah PTN terkemuka di Tanah Air. Pagi itu, ke-21 anak asuh itu melaku­kan rapat koordinasi Koordinator Program Anak Asuh Perguruan Sultan Iskandar Muda, Sahayu Surbakti, ST.

"Tentu kami bangga, alumni SMA dan SMK kami yang juga siswa anak asuh diterima di sejumlah PTN di Medan, Bandung, Bali, Lampung dan Aceh," ujar Sahayu Surbakti, sarjana Teknik Arsitektur dari Fakultas Teknik USU yang dulunya juga berstatus sis­wa anak asuh.

Selain Ibra Wijaya ada juga Fahru­rrozi Nugraha yang diterima di Fa­kultas Pertanian USU Jurusan Agro Tek­nologi dan Desna Yulike Sinaga yang diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Medan (Unimed).

Para anak asuh ini pasca-diterima di PTN menghadapi masalah yang ham­pir sama, yakni keterbatasan bia­ya kuliah. Maklum, latar belakang ekonomi keluarga mereka umumnya berasal dari keluarga prasejahtera. Ada yang orangtuanya pegawai penjaga toko, tukang tambal ban, buruh cuci dan setrika dari rumah ke rumah sam­pai petani gurem.

Tak heran jika Ibra, Rozi maupun Desna saat ini mengajukan diri sebagai calon mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Program ini merupakan besutan Pemerintah Joko Widodo yang memberikan bantuan biaya pen­di­dikan bagi calon mahasiswa miskin namun memiliki potensi akademik cemerlang. "Saya sangat berharap bisa mendapat beasiswa bidikmisi, kalau berharap dari orangtua terus terang susah," ujar Desna Sinaga.

Ayah Desna kini sudah tak bisa bekerja keras lagi karena menderita sakit jantung, sementara ibunya hanya petani jagung lahan sempit. Kadang untuk menambah pendapatan, ibunya nyambi menjadi tukang kusuk bayi.

Diperjuangkan semaksimal mungkin

Ketua Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Finche, SE, MPSi saat dikonfirmasi merasa optimis 21 siswa yang berstatus anak asuh dan diterima di PTN bakal lolos saringan beasiswa bidikmisi. "Karena dari sisi ekonomi, mereka jelas berasal dari keluarga tak mampu," katanya.

Sementara dari sisi akademik, siswa anak asuh juga merupakan hasil se­leksi ketat dari sejumlah tes yang dila­kukan pengurus Program Anak Asuh Sultan Iskandar Muda. Dan terbukti mereka juga banya lolos ujian SNM­PTN.

"Untuk rekrutmen calon anak asuh selain ada tes tertulis, juga ada wawan­cara dan tes psikologi, di samping ob­servasi kehidupan ekonomi orangtua," ujar Sahayu Surbakti.

Finche sendiri memastikan akan memperjuangkan secara maksimal ke-21 anak asuh tersebut agar bisa diteri­ma sebagai penerima program bea­siswa bidikmisi. "Kalau ada yang tidak lolos, akan kita perjuangkan lewat jalur aspirasi lewat dr Sofyan Tan," ujarnya.

Pihak yayasan sendiri juga akan membantu biaya hidup anak asuh, teru­tama mereka yang diterima di luar Medan. Biaya hidup itu misalnya un­tuk sewa kos dan makan sehari-hari.

Sebagaimana diketahui, dr Sofyan Tan adalah anggota Komisi X DPR RI periode 2014-2019 yang untuk kedua­kalinya terpilih lagi sebagai anggota dewan periode 2019-2024. Selama em­pat tahun masa pengabdiannya, Sof­yan Tan berhasil mengucurkan ber­bagai bantuan pendidikan yang dipergunakan untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah di Sumut. Ter­masuk berbagai bantuan tunai kepada  siswa dan mahasiswa dari keluarga miskin. Dengan rekam jejak seperti itu, Finche optimis 21 anak asuh Per­guruan Sultan Iskandar yang diterima di berbagai PTN pada 2019, dapat me­lanjutkan pendidikan mereka di pergu­ruan tinggi. "Masa untuk siswa dari sekolah lain bisa dibantu, siswa dari sekolah sendiri, siswa anak asuh lagi, tidak bisa dibantu?" ujar Finche. (ja)

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates