Prisciliia, Komikus Cilik Siswa SMP YPSIM


BOOMING anime Jepang di Ta­nah Air, tak hanya  mengilhami mun­culnya para pelaku ekonomi  kreatif seperti desainer cosplay, pakaian be­serta aksesori dan rias wajah yang meniru tokoh-tokoh dalam anime atau manga, tapi juga lahirnya komikus kecil di Tanah Air. Priscillia Zaneta Tampubolon (12), siswa SMP Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, salah satu contohnya.

Sejak duduk di bangku TK, Pricilia memang sudah hobi membaca komik Jepang Miiko.

"Sudah mengoleksi sampai 30 episode," tuturnya saat ditemui di SMP Sultan Iskandar Muda, Selasa (6/8). Miiko awalnya adalah seri manga (ko­mik tanpa teks) shojo bergenre komedi karya Eriko Ono yang kemu­dian  di­adaptasi menjadi seri anime berjum­lah 42 episode yang dipro­duksi Toei Animation dan ditayang­kan pada sa­luran TV Asahi sejak 14 Februari 1998 hingga 6 Februari 1999.

Tokoh Miiko, menurut Priscilia, tergolong anak perempuan yang baik walau kadang bertingkah agak ban­del. Tertarik dengan komik Jepang tersebut, Priscilia yang punya hobi menggambar sejak kecil mulai belajar membuat komik sendiri dengan me­niru style lukisan bergaya oriental itu.

Saat menginjak bangku kelas V SD, Pricillia pernah menjadi juara lomba menggambar yang diadakan  perusa­haan coloring material di Me­dan. Melihat bakat putri sulung­nya, ayah­nya, Leonard Tampubolon lalu men­coba mencari media lain untuk me­nya­lurkan bakat anaknya.

Menjelajah Waktu

Saat bersilancar di dunia maya itu itulah Leonardo Tampubolon menge­tahui ada progran Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK), sebuah program dari divisi Penerbit Mizan Daar!, di Ban­dung. KKPK menjaring penulis dan komikus usia 7-12 tahun.

Program KKPK itu dikompetisi­kan secara terbuka untuk anak-anak SD di tanah air. Priscilia mengirimkan 10  komik cerita, masing-masing ce­rita memiliki panjang  6-8 halaman, di mana satu halaman bisa memuat antara 4-6 gambar. Dari 10 komik yang dikirim, satu komiknya yang berjudul "Menjelajah Waktu" terpilih untuk dibukukan bersama tiga komi­kus cilik lain dalam buku komik berjudul "Kakak yang Baik. " Buku itu terbit pada tahun 2018.

Tokoh utama komik itu adalah Jere­my, seorang anak laki-laki. Selain Jeremy ada Pofesor Che, ahli penemu teknologi mesin waktu. Dikisahkan Jeremy merasa bahwa ibunya telah berubah jadi galak dan kurang  per­hatian kepada dirinya. Suatu hari saat ia disuruh ibunya untuk tidur siang usai sekolah, Jeremy justru lari ke rumah Profesor Che.

Di sana ia melihat mesin waktu temuan Profesor Che.  Namun mesin waktu itu belum sempurna dikerjakan sehingga Profesor Che melarang Jere­my yang ingin masuk ke masa purba untuk melihat Dinosaurus. Saat Pro­fesor Che lengah mengawasi Jeremy karena bel rumahnya berbunyi, Jere­my nekat masuk ke pintu mesin waktu. Ternyata bukan Dinosaurus yang ia lihat sebuah perumahan yang serasa pernah ia lihat.

Di jalan Jeremy melihat seorang laki-laki tengah mendorong gerobak kayu dengan memukul gong tembaga kecil yang berbunyi dung-dung. Ternyata laki-laki itu adalah peda­gang es dung-dung,

Setelah berjalan lebih jauh lagi,  ia bertemu anak-anak yang tengah bermain egrang. Ada juga pedagang putu bambu keliling. "Jeremy juga melihat orang menelepon dengan telepon gantung yang baru bisa di­pakai setelah dimasukkan uang lo­gam. Ternyata Jeremy masuk ke masa lalu saat keadaan masih be­lum maju seperti sekarang," tutur Pris­cillia.

Pemandangan yang  paling mem­buat Jeremy terkejut adalah saat  dari jendela ru­mahnya yang terlihat masih sederhana, ia melihat balita tengah digendong manja oleh perempuan muda. Ter­nyata itu dirinya dan ibunya.

Jeremy akhirnya sadar bah­wa ibu­nya ternyata sa­ngat sayang terhadap dirinya. Hanya dia saja yang tidak mau menuruti nasihat  ibu­nya.

Ingin Jadi Desainer

Mencipta komik menurut Priscillia akan terus dite­ku­ninya. Meski begitu, remaja putri yang tengah menulis ce­rita pendek tentang anak kota yang berubah jadi anak pantai itu, justru punya cita-cita ingin jadi seorang de­sainer. Beberapa contoh gaun pesta yang pernah ia lihat di instagram, telah me­narik minatnya untuk mulai mencoret-coret rancangan gaun.

Kemampuannya meng­gam­bar, ke­lak sangat bergu­na  jika remaja  ke­lahiran Bekasi, 21 November 2007 itu,  benar-benar memilih men­jadi seorang desainer.

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates