Otak, Harta Berharga Orang Miskin

Anak Asuh YP Sultan Iskandar Muda. Ketua Dewan Pembina YP Sultan Iskandar Muda bersama Ketua YP SIM, Finche SE, M.Psi dan Kasek SMK, Ely Silitonga, S.Pd,  berfoto bersama para anak asuh dan orangtua anak asuh usai acara Penandatanganan Perjanjian Anak Asuh di Auditorium Bung Karno, Kamis (18/7)
Harta orang miskin yang berharga dan tak bisa dicuri adalah otak. Meski miskin tapi kalau otak encer, peluang orang miskin mengubah kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik sangat besar. Medianya lewat pendidikan yang bermutu. Namun proses pendidikan di Perguruan Sultan Iskandar Muda tak hanya menjadikan orang miskin pintar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi  sebagai modal meraih kehidupan ekonomi yang lebih baik.  

"Tapi juga menjadikan mereka figur atau calon pemimpin bangsa yang bisa merangkul semua orang, semua golongan yang plural itu," ujar Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, dr. Sofyan Tan saat memberi sambutan pada acara Penandatanganan Surat Pernyataan Anak Asuh, di Auditorium Bung Karno, Kompleks Perguruan Sultan Iskandar Muda, Kamis (18/7).

Pada tahun ajaran 2019/2020 ini, sekolah yang kerap mendapat penghargaan karena kepedulian sosial mereka memberdayakan anak-anak miskin dan konsisten mendorong nilai-inilai inklusivitas itu, menerima sebanyak 167 anak asuh baru. Siswa anak asuh ini mendapat fasilitas bebas uang sekolah sampai mereka menyelesaikan masa pendidikan mereka, baik di unit TK, SD, SMP, SMA maupun SMK.

Sebanyak 167 siswa anak asuh itu merupakan hasil seleksi dari 369 calon anak asuh yang mendaftar. Mereka terpilih lewat serangkain observasi, tes tertulis, tes psikologi dan wawancara mendalam. Saat ini di Perguruan Sultan Iskandar Muda total ada 411 siswa berstatus anak asuh dari 3.222 jumlah siswa yang ada.

Acara penandatangan perjanjian anak asuh itu dihadiri Ketua Yayasan Perguruan (YP) Sultan Iskandar Muda, Finche, SE, M.Psi, Pimpinan Sekolah, Edy Jitro Sihombing, M.Pd, Koordinator Program Anak Asuh, Sahayu Surbakti, ST, para kepala sekolah,  anak asuh dan para orangtua anak asuh.

Ubah Hidup
Sebagai orang yang juga berlatar dari keluarga miskin,  dr. Sofyan Tan mengaku bangga karena pada tahun ini ada sebanyak 79 siswa Sultan Iskandar Muda yang diterima di Perguruan Tinggi Negri (PTN) terkemuka di tanah air lewat jalur SNMPTN.

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 siswa merupakan siswa anak asuh. Mereka bahkan ada yang diterima di IPB Bogor," kata anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu. Pada tahun lalu bahkan ada dua siswa anak asuh yang diterima didua universitas negri terkemuka di tanah air,   ITB dan UI.

"Nikson Simarmata, anak asuh yang kini kuliah di UI Jurusan Matematika bahkan  IPK-nya 3,73," tambah Sofyan Tan. Padahal orangtua Nikson Simarmata hanya seorang petani singkong gurem.

Hal itu menunjukkan bahwa meski orang miskin dan berkekurangan dalam pemilikan harta berharga seperti uang atau emas permata,  namun mereka memiliki harta paling berharga, yakni otak yang encer.

Otak yang encer inilah menurut Sofyan Tan jika diberi bekal pendidikan yang berkualitas dan inklusif, kelak bisa mengubah kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik lagi. Namun  otak yang encer hanya bisa terlahir dari kultur belajar keras. Karena itu Sofyan Tan  mengajak agar anak asuh rajin belajar. Mereka harus punya target meraih nilai terbaik setiap  semester.

"Jika semester ini nilai pelajaran A 7, maka semester depan harus punya target nilai pelajaran A harus 8," ujar Sofyan Tan. Belajar keras saja juga belum  cukup. Orangtua juga harus memberi perhatian serius terhadap pendidikan anak mereka. Sofyan Tan tak ingin orangtua menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan anak pada pihak sekolah.

Duta Perdamaian
Pada bagian lain, Sofyan Tan yang pada Pemilu Legislatif 2019 untuk kedua kalinya terpilih sebagai anggota DPR RI itu, juga berharap para anak para anak asuh bisa memerankan diri sebagai duta perdamaian di dunia maya.

"Saya sangat berharap mereka aktif melawan kabar-kabar kebencian bernuansa SARA yang marak di media sosial," ujarnya. Menurut Sofyan Tan, sejak program anak asuh diluncurkan pada 1986, sudah ada 4.441 mantan anak asuh asuh yang tersebar di berbagai kota. Karena itu ia juga berharap seluruh mantan anak asuh tersebut juga ikut tergerak sebagai duta pedamaian di media sosial.

Hanya dalam situasi bangsa yang damai, tidak tercabik-cabik konflik, program-program pembangunan pemerintah bisa berjalan dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat. (JA)

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates