Anak Petani Singkong Yang Berhasil Masuk UI

Dari Galau Berubah Senyum. Nikson Simarmata dan ibunya Nurlince boru Silitonga, tersenyum ceria bersama Ketua Dewan Pembina YP Sultan Iskandar Muda, dr. Sofyan Tan. Nikson Simarmata siswa anak asuh YP SIM diterima di Program Studi Matematika Universitas Indonesia (UI).

Ujung dasi berwarna abu-abu itu sudah terlihat basah. Berkali tangan kanan Nikson  Simarmata (17) menggunakannya  untuk menyeka kedua bola matanya yang telah basah oleh air mata. Kepala pelajar kelas III Jurusan IPA SMA Sultan Uskandar Muda, Medan Sunggal itu tertunduk. Di sebelahnya isak tangis, Nurlince Silitonga, ibunya, makin jelas terdengar. 

Suasana di ruang Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM), Rabu (18/4) siang itu pun  berubah mencekam. Ketua Dewan Pembina YP SIM, dr. Sofyan Tan, ikut tercekat. Di sebelahnya, Finche, Ketua YP SIM  dan Edy Sihombing, Kepala SMA SIM, berganti menatap penuh simpatik ke arah perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai petani singkong itu.

“Semalam pak waktu anakku bilang, mak aku diterima di Universitas Indonesia, saya kaget, senang dan langsung mengucapkan syukur kepada Tuhan. Tapi malam itu, saya juga sebenarnya bingung dan sedih sampai tak bisa ngomong,” tutur Nurlince Silitonga. Suaranya tersendat-sendat. Finche lalu mengasurkan selembar tissu.

Nikson Simarmata adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Nurlince Silitonga paham, jika sudah bicara pendidikan, Nikson punya tekad sekeras baja.  Si bungsu ingin kuliah di perguruan tinggi, bahkan sudah mengantongi angan-angan ingin kuliah S2.

“Saya memang ingin jadi dosen, atau bekerja di Kementrian Keuangan,” tutur Nikson. Tak terbersit sedikitpun keraguan saat mengungkapkan cita-citanya. Jalan bagi Nikson  sebenarnya sudah terbuka. Saat pengumuman SMPTN Selasa (17/4) lalu, ia diterima di Fakultas Ilmu Matematika, Universitas Indonesia (UI). Di kalangan pelajar, UI jelas salah satu universitas negeri favorit. Banyak pelajar, terutama dari luar Pulau Jawa, ngebet ingin kuliah di UI, yang termasuk sebagai  salah satu dari 500 universitas terbaik di dunia itu. 

Nikson sendiri diterima di Program Studi Matematika. Sebuah mata pelajaran favoritnya. Di sekolahya Nikson juga anggota klub ekskul Matematika. Bersama temannya, ia pernah memenangi beberapa lomba.  Namun dibalik rasa  suka cita, ada yang membuat Nikson dan ibunya sedih. Ayahnya hanya seorang buruh bangunan. Kerjanya tak menentu. Bahkan sudah sakit-sakitan.

Ekonomi orangtuanya lebih bergantung pada hasil ladang singkong yang sehari-hari dikelola ibunya. Ladang singkong itu bukan milik sendiri. Tapi dipinjam dari seorang jemaat gereja dimana keluarga ini beribadah. Menurut Nurlince Silitonga, hasil panen singkongnya tak seberapa. Hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ia bahkan mengaku sering meminjam uang. Nikson bisa bersekolah di SMA SIM  juga  karena diterima sebagai siswa  anak asuh bersama  ratusan anak asuh lain di sekolah ini.

Anak Asuh Sofyan Tan

Itu sebabnya, berita lolosnya Nikson di UI, diterima orangtuanya antara rasa girang bercampur galau. Sejumlah pertanyaan langsung menggayut di benak orangtua Nikson. Misalnya darimana nanti ongkos Medan - Jakarta sat mendaftar ulang? Darma semua biaya selama anaknya kuliah di Jakarta?  Tak heran, saat curhat di depan dr. Sofyan Tan, air mata ibu dan anak itu pun mengalir tak tertahankan.

 “Bagi YP SIM sendiri, ini sebuah kado istimewa. Ini untuk pertama kalinya siswa kami ada yang diterima di UI, lebih membanggakan lagi Nikson adalah anak asuh di sekolah kami,” ujar dr. Sofyan Tan. Anggota Komisi X DPR RI dari PDI Perjuangan itu langsung memutuskan mengambil Nikson Simarmata sebagai anak asuhnya selama kuliah di UI. Biaya kos dan sehari-hari selama kuliah akan ditanggungnya. Untuk biaya kuliah, ia akan berjuang keras agar Nikon Simarmata lolos seleksi  program beasiswa Bidik Misi dari pemerintah. 

Lahir Pemimpin yang Mengayomi Perbedaan

Sofyan Tan mengaku bangga dengan keberadaan para anak asuh di YP SIM. Tahun ini ada 4 siswa anak asuh yang diterima di PTN lewat jalur SNMPTN. Mereka selain Nikson Simarmata adalah Fitri Delvira Zani (Akuntansi USU), Roma Theresia Silitonga (PAUD Unimed) dan Rizki Mauliza (Manajemen Unimed). 

Selama ini, Sofyan Tan memang punya sebuah keyakinan. Kemiskinan tak jadi penghalang bagi orang untuk meraih prestasi terbaik di bidang pendidikan. Ia juga yakin, pendidikan bisa jadi tiket orang keluar dari kubang kemiskinan.

“Kemiskinan juga tak jadi hambatan orang kelak jadi salah seorang pemimpin di negri ini,”katanya. Ia menunjuk Presiden Joko Widodo yang semasa kecil, keluarganya tinggal di pinggiran sungai. Juga Luhut Binsar Panjaitan yang lahir di Laguboti dan kini jadi menteri. Anak asuh di sekolahnya, menurut Sofyan Tan, berasal dari latar belakang suku, etnis, agama  dan budayayang beragam. Praktek pendidikan di sekolahnya juga menerapkan pendidikan multikultur.

Itu sebabnya kepada setiap anak asuhnya, seperti halnya Nikson Simarmata, Sofyan Tan selalu menitipkan sebuah pesan. Kelak jika mereka semua udah jadi “orang”, mereka tidak lupa asal-usul mereka dulu. Dalam arti punya kepedulian berempati terhadap orang lain yang secara ekonomi marginal.

“Dan yang lebih penting lagi, jika kelak jadi pemimpin, harus mampu mengayomi seluruh warganya yang beragam karena itulah jati diri negara kita,”kata Sofyan Tan, yang pada tahun 2014 menerima Penghargaan Maarif Institute Jakarta mewakili YP SIM itu.

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates