"Ini kunker spesial saya ke
sekolah. Banyak orang memberitahu saya agar berkunjung ke Sekolah Sultan Iskandar
Muda. Terus terang, hal ini buat saya penasaran. Pak Tan, kalau ketemu saya,
selalu tenang-tenang saja. Beliau selalu bilang, yaah kalau Pak Menteri punya
waktu, silakan datang. Pak Tan jauh lebih sabar. Tapi pemilik sekolah lain
kalau bertemu saya selalu bilang: Pak Menteri kapan datang ke sekolah
saya?"
Nukilan di atas diungkapkan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem A. Makarim didepan sejumlah siswa, guru, kepala sekolah dan staf Yayasan Perguruan
Sultan Iskandar Muda di Auditorium Bung Karno, Selasa (26/10). Kunjungan Nadiem
Makarim, yang didampingi Walikota Medan, Bobby M. Nasution, langsung disambut
Ketua Dewan Pembina YP SIM, dr. Sofyan Tan dan isteri, Ketua YP SIM, Finche
Kosmanto, M.Psi, anggota Dewan Pembina, Felix Harjatanaya, BSc, MSc dan dr. Fransisca
Kotsasi, MSc, DIC dan Pimpinan Sekolah,
Edt Jitro Sihombing dan sejumlah guru dan siswa.
Sesuai Konsep Merdeka Belajar
"Terus terang, meski
sebelumnya sudah melihat foto-fotonya, saya tetap terpukau melihat sekolah
ini. Sekolah ini fasilitas-fasilitasnya
sangat luar biasa, setara sekolah internasional di Jakarta, tetapi siswanya
berasal dari latar belakang sosial yang sangat bervariasi. Proporsi siswa
penerima KIP misalnya besar sekali," ujar Nadiem.
Kedua, ia melihat investasi yang dikeluarkan untuk kegiatan pengembangan
minat dan bakat siswa juga luar biasa. Nadiem melihat ada studio khusus siswa
untuk belajar audio visual, juga belajar fotografi,
rekaman dsb. Ia makin terpukau saat tahu bahwa di Sekolah Sultan
Iskandar Muda terdapat 30 kegiatan ekstra kurikuler. Menurut Nadiem, apa yangtelah
dilakukan sekolah Sultan Iskandar Muda sudah sesuai dengan konsep dan praksis
Merdeka Belajar
"Kalau kita mau memerdekakan
siewa, berikan opsi banyak sesuai minat dan bakat siswa. Biar cari jatidiri dan
rasa percaya diri siswa tumbuh," katanya. Nadiem juga mengaku kaget saat
melihat ada empat tempat ibadah berada dalam satu lokasi yang saling
berdekatan.
"Seumur hidup saya, belum
pernah saya lihat hal ini. Saya berharap suatu saat sekolah lain juga punya
tempat ibadah sepeeti ini agar setiap hari kita bisa merayakan perbedaan,"
katanya.
Nadiem juga mengaku terkesan
melihat sepasang pohon bisbul yang terletak di tengah empat rumah ibadah dan berhadapan
dengan Auditorium Bung Karno. Pohon bisbul hanya baru bisa hidup dan berbuah
saat ditanam secara berpasangan, bisbul jantan dan betina.
"Bung Karno pasti akan tersenyum jika melihat ini karena itu simbol bahwa perbedaan atau keberagaman itu akan terus tumbuh dimana-mana,”ujar Nadiem.
Pada bagian lain, ia mengaku senang berteman dengan orang seperti dr. Sofyan Tan. Baginya dr. Sofyan Tan, bukan sekadar mentor, tapi juga guru baginya.
"Pak Tan punya banyak mimpi, tapi mimpi itu diwujudkan. Guru yang baik, bukan hanya punya banyak ilmu, tapi juga teladan. Antara nilai-nilai dan tindakannya menyatu. Tidak ada kontradiksib, itu yang dilakukan. Pak Tan," katanya.
Berharap Menerdekakan Sekolah
Saat membincang tentang Merdeka Belajar, ia menyebut bahwa ia justru bakal meminta guru-guru sekolah Sultan Iskandar Muda membantu memerdekakan sekolah lain.
"Saya terkejut 100 orang guru penggerak di Medan angkatan pertama, 20 orang berasal dari Sekolah Dultan Iskandar Muda, ini sebuah rekor,"katanya. Saat menyebut konsep Medeka Belajar, Mendikbudristek, menyebut ada 6 lingkungan belajar yang harus dipenuhi sekolah, pertama sekolah harus menjadi tempat belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa, kedua sekolah harus menyediakan lingkungan pergaulan yang toleran, cinta terhadap kebinekaan dan relevan bagi siswa.
Ia menengarai bahwa selama ini dunia pendidikan kita muncul kesenjangan besar antara sistem pendidikan dan tujuan dari Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menurutnya mengandung 6 karakter, yakni berketuhanan dan berakhlak muia, berkebinekaan global, kreatifitas, gotong royong atau kolaborasi, kemandirian dan bernalar kritis.
Matra kolaborasi semisal tidak
akan terwujud jika proporsi waktu kerjasama antara siswa sangat sedikit dalam
proses pembelajaran. Sikap kreatif siswa juga tidak akan lahir tanpa ada
kegiatan ekstra kurikuler yang memberi kesempatan siswa berkreasi.
"Bagaimana siswa juga bisa bernalar
kritis jika yang bicara di dalam kelas hanya guru saja dan opini siswa tidak menjadi
bagian penting proses pembelajaran?" ujarnya.
Konsep Merdeka Belajar menurut Nadiem juga baru
bisa diterapkan jika kepala sekolah sudah merdeka dari beban afdministrasi dan
bebas menentukan spesialisasi sekolahnya, termasuk merdeka dari beban
finansiaal. Tuntutan lain, kurikulum fleksibel, dalam arti mampu menyediakan ruang
untuk berbagai program best learning.
Program best learning
penting karena dunia nyata tak bisa disimulasikan. Untuk menghadapi dunia di luar
sekolah, siswa dituntut memiliki kemampuan daya
berkomunikasi, pemecahan masalah, pemikiran out of the box dan kemampuan
rasa ingin tahu lewat membaca.
“Saya tak perlu ceramah secara detil tentang
konsep Medeka Belajar di Sekolah sultan Iskandar Muda. Saya justru merasa berterimakasih
karena sekolah ini sudah menginspirasi saya tentang Merdeka Belajar, jadi harapan saya justreu tolong sebarkan ke sekolah lain untuk membuat mereka merdeka,”
ujar Nadiem Makrim.
Dalam sambutannya dr. Sofyan Tan
mengatakan bahw keluarga Perguruan sultan Iskandar Muda merasa bangga atas
kedatangan Mendikbudriste Nadiem Makarim yang memiliki visi dan pandangan jauh
ke depan untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas. Acara dimeriahkan
tari nusantara, pembacaan puisi dan penyerahan cindera mata untuk Mendikbudristek
yang diserahkan Ketua YP Sultan Iskandar Muda.
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...