Tidak salah asosiasi seperti itu muncul di benak banyak orang.
"Tapi tentu bukan seperti itu hakikat Artficial Intelligence, AI tidak akan menggeser manusia atau kehadirannya di masa depan akan menjadi sesuatu yang buruk pagi manusia tapi justru membantu memudahkan manusia," ujar Christian Jonathan saat menjadi narasumber dalam webiner Teknologi dan AI, Apa dan Mengapa Penting yang diadakan YP Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, Rabu (20/1).
Webiner diikuti 300 lebih peserta terdiri siswa SMA dan SMK, jugai sejumlah guru dan pegawai. Christian adalah Co-Founder dari AI4impact, komunitas AI global yang memiliki misi merancang program edukasi agar dapat diakses semua orang, terutama anak muda dan non-programmer. Komunitas ini telah berhasil membantu 3000 lebih pelajar mengembangkan aplikasi AI untuk kehidupan sehari-hari. Saat ini, Christian juga bekerja sebagai Business Development di Terra AI, sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di Singapura.
Persepsi bahwa AI memiliki emosi, bisa jatuh cinta seperti terdapat dalam film Her atau film genre science fiction lain, menurut Christian saat ini masih jauh dari kenyataan. AI atau kecerdasan buatan menurutnya adalah teknik atau metode yang digunakan komputer untu mengumpulkan berbagai data dan observasi yang memungkinkan AI menyesuaikan data-data tersebut agar dapat melaksanakan tugas seperti manusia.
Menurut Christian penerapan AI dalam kehidupan sehari-hari biasanya digunakan untuk membantu memprediksi naik turun harga saham di pasar bursa, membantu dalam menentukan jumlah orang dalam sebuah kerumunan lewat teknologi visual dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan lewat Chatbot, program komputer yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia baik secara audio maupun teks.
Potensi Besar Chatbot
Anak muda Indonesia menurut Christian, punya potensi besar untuk menciptakan berbagai aplikasi kecerdasan buatan yang punya nilai guna untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Ia memberi contoh seorang siswa SMP yang berhasil membuat chatbot untuk membantu ibu rumah tangga yang kesulitan dalam memilih resep makanan. Ada juga anak muda yang berhasil menciptakan chatbot untuk memberi rekomendasi masalah keuangan dan ada juga yang chatbot untuk membantu bahasa isyarat bagi orang yang ingin berkomunikasi dengan kaum difabel.
Menurut Christian, chatbot yang dibuat anak-anak muda Indonesia umumnya memiliki ciri bersifat membantu orang, atau memiliki kegunaan sosial. Artinya tidak melulu untuk kepentingan bisnis.
"Itu karena sebagai orang Indonesia kita banyak menghadapi problematika hidup sehingga chatbot yang diciptakan pun punya kegunaan sosial," katanya.
Ia juga menengarai bahwa kebanyakan chatbot itu dibuat bukan oleh mereka yang belajar khusus bahasa program. Tapii justru orang biasa yang dengan latar pendidikan psikologi, keuangan dsb. Namun itu tidak berarti penguasaan teknologi komunikasi jadi tak penting. Menurut Christian pengetahuan teknologi tetap dibutuhkan, namun tak perlu sampai mendalam.
Sementara itu Ketua YP Sultan Iskandat Muda, Finche Kosmanto, saat membuka webiner mengatakan tentang pentingnya siswa mengetahui perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan.
"Apalagi teknologi kecerdasan buatan ini dalam kehidupan sehari-hari telah banyak menunjang keterampilan hidup orang," katanya. Menurut Finche, webiner tentang kecerdasan buatan itu bagian dari seri webiner pengembangan keterampilan dan pengenalan profesi.
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...