Wakil Ketua MPR RI Dr Ahmad Basarah MH menyatakan, penerapan model pendidikan multikultur di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Medan sangat dibutuhkan bangsa kita di tengah menguatnya intoleransi yang menjurus ada polarisasi sosial tidak konstruktif bagi persatuan Indonesia.
"Ke depan model pendidikan multikultur layak dijadikan pertimbangan bagi pemerintah kita untuk dijadikan standar kurikulum nasional, terutama referensi untuk aplikasi model kurikulum pendidikan Pancasila yang sedang kita perjuangkan agar kembali diajarkan di sekolah-sekolah melalui revisi Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah masuk Prolegnas prioritas tahun 2020," kata Ahmad Basarah saat menjadi pembicara dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Auditorium Bung Karno YPSIM, Sabtu (1/2).
Acara sosialisasi dihadiri, Anggota Dewan Pembina YPSIM, Felix Harjatanaya, Ketua dan Sekretaris YPSIM Finche SE MPsi, J Anto, Pimpinan Sekolah Edy Jitro, para kepala sekolah, guru dan siswa berprestasi.
Politikus kawakan dari PDI Perjuangan ini menilai, sekolah YPSIM dengan 3000 lebih siswa/i nya tampak jelas ideologi Pancasila bekerja di tengah-tengah siswa dan para guru. Sekolah dengan rumah-rumah ibadah semua agama lengkap dan siswa-siswi berbaur dari semua etnis dan agama, serta sistem subsidi silang dari siswa keluarga kaya dan miskin.
"Kerukunan juga tercipta dengan damai di sekolah ini, mencerminkan semua sila Pancasila menjadi benar-benar bekerja. YPSIM perlu dijadikan model sekolah dan praktik pendidikan Pancasila di Indonesia," papar Ahmad Basarah yang juga dikenal luas sebagai Profesor Pancasila ini.
Menurut Dosen tetap pasca sarjana Universitas Islam Malang ini, semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah sistem sosial dan statistik budaya bangsa Indonesia yang dapat hidup berkembang baik jika kita punya keinginan bersama-sama. Sekolah akan menjadi miniatur kehidupan berbangsa-bernegara multi etnis jika sejak dini peserta didik diajarkan untuk saling menghormati ragam perbedaan yang ada, ini mencerminkan kebinnekaan Bangsa Indonesia.
"Proses kegiatan belajar-mengajar mencerminkan penerapan nilai Pancasila. Misalnya doa lintas agama, integrasi nilai-nilai multikultur dalam setiap pembelajaran, kelas agama dilakukan bersama untuk toleransi,"kata Basarah.
Untuk itu, Basarah mengapresiasi lembaga pendidikan bentukan dr.Sofyan Tan yang konsisten menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila seperti toleransi, kemajemukan dan nilai-nilai kemanusiaan. Ada banyak kebutuhan penyesuaian selain konten kurikulum juga tenaga pendidiknya. Misalnya standarisasi karakter ber Bhinneka Tunggal Ika bagi tenaga Pendidikan.
“Kita bisa beri masukan apakah perlu sertifikasi guru memasukkan syarat berkarakter Pancasilais. Guru-guru sangat berperan menanamkan nilai-nilai kebaikan termasuk karakter berdasar pada Pancasila seperti Ketuhanan, Nasionalisme, Kemanusiaan, Demokrasi dan Keadilan Sosial kepada siswa melalui proses pendidikan, model YPSIM ini bisa jadi salah satu referensi,"urainya.
Sementara Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan mengatakan, komitmen dan konsistensi YPSIM dalam menjaga dan menerapkan nilai nilai kebhinnekaan dalam lembaga pendidikan. "Agar nilai nilai toleransi dan semangat kebhinnekaan bisa terus hidup, maka Auditorium Bung Karno sengaja kita desain menghadap ke arah rumah ibadah agama-agama di lingkup lingkungan YPSIM. Auditorium Bung Karno rencananya akan diresmikan Presiden kelima Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri,"papar Sofyan Tan didampingi istri Elinar.(Siong)
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...