“Di Sekolah Ini Saya Tidak Diperlakukan Rasis”
Sebuah dialog kecil terjadi antara Puan Maharani, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Cherine Kosasih, siswa kelas X IPS SMA Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal. Peristiwa itu terjadi saat Puan Maharani memberi sambutan sebelum melakukan acara peletakan batu pertama pembangunan Auditorium Bung Karno, Sabtu (27/1) di Perguruan Sultan Iskandat Muda, Medan Sunggal.
Puan saat itu Puan meminta salah seorang siswa naik ke panggung.
“Apa alasanmu sekolah ini Cherine?”
“Secara geografis sekolah ini dekat dengan rumah saya. Saya sekolah di sini sejak TK. Selama sekolah di Sultan Iskandar Muda sampai sekrang saya tak pernah ,engalami perlakuan rasis. Saya ini orang Tionghoa, walau wajah saya tidak mirip orang Tionghoa,”ujar Cherine. Tak menyangka mendapat jawaban-jawaban ’cerdas’ dari Cherine Kosasih, Puan Maharani terlihat antusias menggali pertanyaan lain. Tentang pelajaran yang paling disukai, cota-citanya dan universitas favoritnya. Lalu tiba giliran Puan Maharani menguji pengetahuan sejarah Cherine Kosasih.
“Coba kamu sebutkan nama-nama dari 6 presiden RI mulai dari presiden yang pertama?”
“Pertama Ir. Soekarno, kedua Suharto, ketiga Baharuddin Jusuf Habibie, keeempat Gus Dur atau Abdurrahman Wahid, lalu keempat mamanya ibu…..”
“Mamanya ibu itu siapa?” tanya Puan balik bertanya, senyumnya mengembang.
“Mamanya ibu itu Ibu Megawati Soekarnoputri,” ujar Cherine Kosasih sembari tersipu. Puan pun menganggu sembari kembali tersenyum.
“Kelima Susilo Bambang Yudhoyono dan keenam Joko Widodo.”
“Oke pintar kamu, karena kamu pintar, satu pertanyaan lagi, lalu siapa orang yang menjahit bendera merah mutih yang asli?”
“Ibu Fatmawati.”
“Siapa ibu Fatmawati itu?” kejar Puan Maharani lagi.
“Isteri Bung Karno, ehh kalau begitu, nenek ibu ya,” ujar Cherine Kosasih polos.
Tawa riuh dari ratusan siswa dan undangan yang memenuhi tenda yang ada di lapangan Perguruan Sultan Iskandar Muda pun meledak.
Jas Merah
Tampil santai namun tetap terlihat anggun dan segar, cucu Bung Karno dari pasangan Megawati Soekarnoputeri dan Taufiq Kiemas (alm) itu mengenakan kemeja putih dengan baju lengan digulung dikombinasi celana panjang warna hitam.
Puan Maharani memuji pengetahuan Cherine Kosasih tentang sejarah, termasuk pengetahuannya tentang siapa Bung Karno dan keluarganya. Menurut Puan Maharani, hal itu wasiat Bung Karno agar bangsa Indonesia, tidak sekali-kali lupa dengan sejarah miliknya sendiri (jas merah).
“Bahwa sejarah mencatat Bung Karno dan Bung Hatta adalah proklamator, dan saat itu yang membacakan teks proklamasi adalah Bung Karno, bukan tokoh lain, itu adalah suatu suratan dari Tuhan,”ujarnya. Sebagai cucu Bung Karno, Pusn mengaku sangat mengapresiasi sekolah Sultan Iskandar Muda yang disebutnya sebagai Indonesia kecil itu.
“Tadi saya lihat pakaian tari yang dipakai para siswa yang menari pun sangat beragam, ini menunjukan Pancasila memang dilaksanakan di sekolah ini. Sekolah ini adalah Indonesia kecil,” ujarnya. Puan mengakui, pada saat ia memiliki waktu luang untuk merenung, ia sempat mengajukan sebuah pertanyaan reflektif terhadap diri sendiri: siapa sebenarnya yang disebut orang Indonesia itu?
Indonesia itu Kita
Ia lalu menuturkan ayahnya yang orang Sumatera Selatan, sementara nenek dari ayahnya adalah orang Sumatera Barat. Sedang dari Ibunya mengalir darah orang Jawa, juga darah Bali karena eyang puterinya, atau ibunda dari kakeknya, Bung Karno, adalah orang Bali. Artinya dalam tubuhnya mengalir darah berbagai suku.
“Apakah yang seperti itu yang disebut Indonesia ? Bukan! Indonesia ya kita, apapun sukunya. Bedanya hanya kita berasal dari lokus daerah asal yang berbeda. Itu saja. Tapi kita semua adalah keluarga besar yang disebut Indonesia,”kata Puan.
Merawat Kebinekaan Bangsa
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandat Muda dr. Sofyan, saat memberi sambutan menjelaskan bahwa pemberian nama Bung Karno pada gedung lima lantai yang akan segera dibangun, tidak terlepas dari figur Presiden Soekarno yang sangat menyintai keberagaman.
Salah satu maha karya Bung Karno adalah Pancasila yang menjadi sumber pemersatu bangsa Indonesia. Karena itu tak hanya nama Bung Karno yang ditabalkan sebagai nama auditorium, tetapi letak bangun auditorium pun berada di antara rumah ibadah mesjid, gereja, vihara dan pura yang ada di lingkungan Perguruan Sultan Iskandar Muda.
Momen peletakan batu pertama pembangunan gedung Auditorium Bung Karno yang dilakukan oleh Puan Maharani, menurut Sofyan Tan juga sarat makna simbolik.
“Darah Bung Karno yang penuh semangat persatuan me¬nga¬lir kepada cu¬cunya, dan mengalir juga ke siswa Sultan Iskandar Muda,”katanya. Kelak setelah selesai dibangun, auditorium Bung Karno menurut anggota DPR RI Komisi X itu memang akan difungsikan untuk berbagai kegiatan yang bersifat mewadahi berbagai ekspresi kesenian siswa dan guru dan berbagai kegiatan budaya sebagai media pendidikan karakter siswa.
Sofyan Tan menginginkan siswanya tak hamya memiliki kecerdasan intelektual saja, tapi juga punya karakter humanis dan etis. Karakter humanis dan etis bisa dibentuk lewat berbagai kegiatan yang bersifat mengembangkan bakat kesenian siswa. Terutama kesenian daerah yang mengandung nilai kearifan lokal yang cocok dengan pendidikan karakter.
“Lewat berbagai kegiatan pentas kesenian dan budaya lainnya, gedung Auditorium Bung Karno ini diharapkan jadi ruang ekspresi budaya yang mampu merawat kebinekaan yang ada pada bangsa ini,”ujar Sofyan Tan dalam kesempatan terpisah. ( J Anto)
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...