Selama kurang lebih seminggu tinggal di negeri sakura Jepang, kesan apa yang didapat Warti (13), siswa XI MIA-3 yang beruntung terpilih sebagai salah satu dari 33 siswa SMA se Indonesia yang mengikuti Program Jenesys International Corporation ke Jepang?
“Masyarakat Jepang sangat disiplin dengan waktu, jalan-jalan juga terlihat bersih, susah nemuin tong sampah kalau nggak tanya,”tuturnya kepada Simpul Siswa. Warti juga mendapat pengetahuan cara menyeduh dan menghidangkan teh a la masyarakat Jepang.
Rombongan pelajar Indonesia peserta JICE 2016, tak hanya berasal dari siswa SMA, tapi juga mahasiswa. Namun jumlah mereka hanya 15 orang. Dari Sumut sendiri ada 7 pelajar yang terpilih untuk mengikuti program tersebut. Rombongan berangkat dari Jakarta tanggal 19 Januari. Penerbangan Jakarta -Tokyo ditemppuh dalam waktu 7 jam.
“Pujul 07.00 kami sampai di Bandara Hameda, setelah itu kami langsung dibawa ke Istana Kaisar Hirohito,” tuturwarti-4 - Copy Warti. Saat itu Jepang tengah musim salju. Cuaca sangat dingin, sekitar 1 derajat celcius. Sayang saat itu mereka tak bisa masuk ke kawasan istana. Rombongan hanya bisa samar-samar mekihat istana karena hanya diijinkan petugas melihat dari jarak 50 meter dari pagar istana.
“Udah gitu, halaman istana juga banyak pohon sehingga bangunan istana terlihat samar-samar,”tutur Warti. Rombongan menginap di Hotel Sine-sine City.
Hari kedua tombongan dibawa ke SMA Kotushoa. Di sekolah ini para pelaar Indonesia belajar shodo atau kaligrafi Jepang. Mereka juga berkenalan dengan sejumlah pelajar Jepang yang tergabung dalam English Club. Setelah itu rombongan dibawa berkunjung ke Museum Kiraikan yang berisi koleksi robot-robot yang dibuat oleh putra-putri terbaik Jepang. Pada hari ketiga, rombongan dipecah ke dalam beberapa kelompok. Mereka selama 2 malam 3 hari tinggal di rumah-tumah penduduk. Warti bersama pelajar lain, Chika, tinggal di sebuah rumah keluarga pasangan suami isteri, Sinji (suami) dan Kaori (isteri) serta seorang anak laki-laki mereka Kazuki yang berumur tahun di daerah pedesaan Prefektur.Warti--1 - Copy
Selama tinggal di keluarga Sinji dan Kaori, Warti dan Chika belajar cara menyeduh dan meminum teh ala keluarga Jepang.
“Teh harus diaduk dengan cepat sampai berbuih. Setelah itu, teh dituang ke cangkir kecil yang diletakkan di telapak tangan kiri, lalu tangan kanan memutar cangkir dua kali ke arah kiri,”tutur Warti. Setelah itu baru teh diteguk sampai habis. Pada hari lain Warti dan Chika diajak mengunjungi kebun strawberry yang luasnya mencapai 1.000 hektar.
“Buah strawberry di sana besar -besar, bentuknya juga unik dan aneh tak seperti yang kita kenal di Medan,”katanya. Warti dan anggota tombongan lain juga berkesempatan mengunjungi kuil Sensoji di Tokyo Asahkusah.
Kuil Sensoju adalah kuil Budha yang emiliki desain eksentrik dibandingkan dengan kuil-kuil pada umumnya. Warna merah menyala yang sangat khas membuat Kuil Sensoji mudah dikenali.
Menurut cerita, konon pembangunan Kuil Sensoji berasal dari kisah dua biksu Budha yaitu Hinokuma Hamanari dan Takenari yang tengah memancing. Saat memancing, mereka menemukan patung Budha yang tersangkut pada jaring. Ternyata patung tersebut adalah patung Bodhisattva Kannon.
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...