Salsa Putri Sadzwana Br. Sihombing namanya. Gadis yang lahir di Medan, 05 Agustus 2000 ini merupakan siswi kelas XI MIA 3 SMA Sultan Iskandar Muda. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Syahril Gredhemento Sihombing dan Sri Fatimah Hardi. Ia mempunyai seorang kakak bernama Nur’aini Mahanum.
Sejak kecil, ia tinggal bersama ibu dan juga kakaknya. Namun, sejak menginjak usia remaja, dia hanya tinggal bersama kakak dan juga kakek serta nenek dari keluarga pihak ibu kandungnya. Sejak duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, gadis berkacamata ini sangat menggemari kegiatan membaca buku. Salsa, begitu biasa ia dipanggil, sangat menggilai buku baik dari penulis dalam maupun luar negeri. Sejak usianya masih belia, ia sangat menggemari buku karangan Sir Arthur Conan Doyle, Enid Blyton, Roald Dahl, CS Lewis, JK Rowling, dan AA Milne. Sejak kecil ia sangat menggilai serial Lima Sekawan karya Enid Blyton, Charlie and Chocolate Factory karya Roald Dahl, dan juga serial Narnia karya CS Lewis. Untuk karya lokal, ia sangat tergila-gila pada serial Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan juga trilogi Negeri 5 Menara karya A. Fuadi
Menginjak usia remaja, ia mulai terjun untuk menikmati tulisan-tulisan bergaya remaja karya JeffKiney, The Diary of Wimpy Kid.Selain itu, dia juga menyukai karya-karya Daniel Gerhard "Dan" Brown, serperti: Da Vinci Code, Angel and Demons, Deception Point, dan juga Inferno. Di usia remaja pula, ia mengenal sosok Hanum Rais dan juga Rangga Almahendra. Semua itu bermula sejak Salsa menggilai karya-karya mereka, seperti: 99 Cahaya di Langit Eropa, Berjalan di Atas Cahaya, Bulan Terbelah di Langit Amerika dan juga Faith and The City.
Hobi membacanya itulah yang berhasil mengenalkannya pada bakat terpendamnya selama ini, menulis. Sebenarnya, Salsa sudah mulai menulis sejak kelas 2 SD. Kebetulan saat itu, ada mata pelajaran “Mengarang” di sekolahnya yang membuat ia sering sekali membuat sebuah tulisan. Mulai dari pengalaman berlibur di rumah nenek, tragedi jatuh dari sepeda tanpa rem, sampai pengalamannya mengikuti berbagai macam lomba, baik tingkat kota, provinsi, maupun nasional. Dari situlah, bakat menulisnya mulai tampak dan terus berkembang.
Saat duduk di bangku kelas 4 SD, ia mulai mencoba-coba untuk membuat sebuah cerita yang lebih panjang alurnya, yaitu: Novel. Di saat anak-anak seusianya pergi ke warnet untuk bermain game online, ia malah memanfaatkan tempat tersebut untuk menumpahkan segala inspirasinya ke dalam bentuk sebuah cerita. Saat itu, ia sering mengalami kendala dengan virus, dan juga jam menulisnya yang terbatas dengan jam warnet. Ibunya yang saat itu melihat potensi dan juga bakat menulis yang dimiliki Salsa akhirnya berinisiatif untuk membelikan laptop untuk Salsa. Karena keterbatasan biaya, akhirnya ibunya hanya mampu membelikan laptop bekas dari sebuah tempat penginstallan laptop dengan merk “Quantel”.
Seperti anak-anak lain pada umumnya, ketika sang ibu menyodorkannya sebuah laptop, Salsa langsung kegiragan bukan main. Walau bekas, Salsa benar-benar sangat bersyukur ibunya mendukung cita-citanya untuk menjadi seorang penulis. Sejak saat itu, ia bertekad ia harus bisa menerbitkan novel dan menjadi penulis besar di negeri ini.
Namun sayangnya, novel yang pertama kali Salsa buat malah ditolak oleh salah satu penerbit besar yang memegang lini bacaan yang begitu digemari anak-anak Indonesia. Perasaan kecewa pun langsung menggelayuti hati kecil Salsa. Ia jadi enggan untuk menulis lagi. Sejak saat itulah, ia mulai vakum untuk menulis.
Untungnya, pada tahun 2012 Salsa diperkenalkan Allah Swt. dengan suatu ajang lomba menulis tingkat Nasional bernama Tupperware Children Helping Children. Ketika melihat poster lomba tersebut di mading, semangat Salsa untuk menulis kembali berkobar dan mencuat ke permukaan. Salsa pun mencoba mengikutkan karyanya yang berjudul “Nita dan 40 Juta Pohon”. Dan Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian, Salsa dihubungi oleh pihak panitia bahwa karyanya tersebut masuk ke dalam TOP 50 Lomba Mengarang tingkat SD Tupperware Children Helping Children 2012 tingkat Nasional. Saat itulah, semangat Salsa untuk kembali menekuni hobi lamanya pun berkobar. Di saat itu juga,Salsa mendapatkan kabar kalau karyanya yang berjudul “Raisa Ingin Bulan” diterima oleh salah satu koran Nasional, Media Indonesia dan akan diterbitkan di rubrik Media Anak.
Keberuntungan bagi gadis yang tidak menyebutkan huruf “R” dengan jelas ini ternyata tidak hanya sampai di situ saja. Beberapa hari berselang sejak mendapat kabar cerpennya diterbitkan di koran Nasional, ia dihubungi oleh Panitia Penerbit Buku Anak Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (PPBA-KNI UNESCO) bahwa mereka sangat mengapresiasi karyanya yang terbit di koran Media Indonesia. Salsa pun mendapatkan sebuah penghargaan sekaligus hadiah yang semakin membuat semangat menulisnya kembali berkobar.
Di tahun pertama ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Salsa kembali mendapatkan suntikan semangat saat ia berhasil memenangkan dua perlombaan menulis tingkat Nasional dari Penerbit Mizan dan juga Penerbit Nourabooks. Saat itu karyanya yang berjudul “Tragedi di Minggu Pagi” terpilih ke dalam 7 besar lomba menulis “Aku dan Hobiku” yang diadakan oleh lini Kecil Kecil Punya Karya (KKPK). Selanjutnya karya tersebut diterbitkan ke dalam antologi cerpen berjudul “KKPK JuiceMe: Tersandung Hobiku” bersama beberapa penulis cilik lainnya, termasuk Muthia Fadhilla Khairunnisa, penulis cilik yang sudah menerbitkan lebih dari 30 buku cerita anak sekaligus penerima Anugerah Kebudayaan Kemendikbud bidang Anak dan Remaja.
Selain “Tragedi di Minggu Pagi”, karyanya yang berjudul “Mysterious Photo” juga menemui keberuntungan di penerbit nasional. Saat itu, karya pertamanya yang bergenre horror itu terpilih sebagai pemenang dalam lomba menulis “My Spooky Moment” yang diadakan oleh lini penerbitan novel anak-anak terkenal di Indonesia, Penulis Cilik Punya Karya (PCPK). Selanjutnya, karyanya tersebut diterbitkan ke dalam buku antologi cerpen “PCPK My Spooky Moment” bersama pemenang lainnya.
Sejak saat itu, Salsa kembali teringat dengan impiannya dahulu. Impiannya untuk menerbitkan sebuah novel dan menjadi seorang penulis. Saat itulah, ia mencoba mengirimkan novelnya yang berjudul “Pesulap Misterius” ke Penulis Cilik Punya Karya (PCPK). Novel yang berkisah tentang kehidupan seorang pesulap cilik itu pun akhirnya menemukan keberuntungannya dan berhasil diterbitkan hingga akhirnya terpajang di seluruh toko buku di Indonesia, seperti: Gramedia, Togamas, Wali Songo, dll.
Setelah novel pertamanya terbit, karya-karya Salsa yang lainnya pun berhasil mengikuti jejak karya pertamanya. Hingga sekarang ini, Salsa telah menerbitkan 8 buku, diantaranya: KKPK JuiceMe Tersandung Hobiku (Dar! Mizan, 2013), PCPK My Spooky Moment (Nourabooks, 2013), PCPK Pesulap Misterius (Nourabooks, 2014), Komik Fantasteen 14: Red Midnight Vampire (Muffin Graphics, 2014), Spooky Stories Revenge (Nourabooks, 2015), Fantasteen Anonymous Letter (Dar! Mizan, 2015), PCPK Move On! (Nourabooks, 2015), dan juga Fantasteen Scary Dark Journey (Dar! Mizan, 2015).
Karyanya yang terbaru berjudul “Dark Journey” itu menceritakan tentang kearifan lokal Sumatera Utara dengan latar cerita yang diambil di gunung Pusuk Buhit yang terletak di Danau Toba, Sumatera Utara.
Selain menerbitkan buku, karya-karya Salsa juga pernah terpajang di koran dan juga majalah, seperti: Media Indonesia, Majalah Soca, Koran Sinar Harapan dan juga Majalah Suara Bumi.
Salsa mengakui bahwa menulis sudah menjadi bagian yang melekat di dalam dirinya. Menulis adalah jiwanya. Dengan menulis, ia mampu menuangkan apapun yang ada di dalam pikirannya. Dengan menulis pula dia merasa lebih menjadi dewasa. Berpikir lebih kritis untuk memecahkan persoalan hidup dan lebih peka terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Ia beranggapan, sepintar apapun seseorang, sehebat apapun profesinyasuatu hari kelak, tapi jika ia tidak menulis, itu sama saja ia tak pernah lahir di dunia ini. Kalau ia terlahir ke dunia ini, ia hanya bisa mengurangi jatah beras yang ada di dunia ini.Karena bagi Salsa, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Keabadiaan untuk dunia yang akan ditinggalkannya suatu hari nanti. Karena ia ingin memberikan sumbangsih kepada dunia ini. Ia selalu ingat dengan pesan dari penulis lawas pujaannya, Pramoedya Ananta Toer.“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari dalam masyarakat dan dari sejarah.” Baginya, menulis bukan hanya suatu hobi yang dibayar, melainkan bentuk pengabdiannya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Melalui tulisan, ia bisa terus berbagi pengalaman dan inspirasi yang dapat memotivasi bangsa Indonesia, khususnya pemuda-pemudi di negeri ini.
Tak hanya prestasi di bidang menulis, gadis yang memiliki impian untuk kuliah di jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini memiliki prestasi-prestasi lainnya. Selain menulis, ia juga senang mengikuti kompetisi public speaking, seperti: Speech Contest dan juga Story Telling Contest. Kemampuan berbahasa Inggrisnya yang cukup bagus pun tak ia sia-siakan. Ia pernah mengikuti Mini Toefl dan juga mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris ataupun English Competition.Prestasi remaja berusia 16 tahun ini, diantaranya: Juara Harapan III Lomba Menulis Cerita Liburan www.kidevo.com, Juara II Lomba Cerdas Cermat Kebahasaan tingkat SMP se-Sumatera Utara Tahun 2014, Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Islami tingkat Kota Medan tahun 2015, Finalis Lomba Cipta Cerita Pendek tingkat Nasional dalam ajang Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) Tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Dar! Mizan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Delegasi Kabupaten Deli Serdang dalam ajang Lomba Cerdas Cermat Empat Pilar MPR RI tingkat Sumatera Utara Tahun 2016, Juara I Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia tingkat SMA/sederajat Se-Sumatera Utara Tahun 2016 yang diselenggaraan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara, Finalis Lomba Cerdas Cermat Bahasa dan Sastra tingkat SMA/sederajat se-Sumatera dalam ajang Pekan Bahasa se-Sumatera Tahun 2016 yang diselenggarakan di kota Banda Aceh, finalis Indonesia Youth Icon 2016 yang diselenggarakan oleh Yayasan Bangga Jadi Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Kementerian Pertahanan RI serta TNI dan dinobatkan sebagai Duta Pendidikan, Seni dan Budaya Indonesia Youth Icon 2016 Deputi VI/Kesbang Kemenko Polhukam, serta Pemenang Sayembara Penulisan Cerita Anak Sumatera Utara Tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara baru-baru ini.
Salsa sendiri mengaku bahwa ia memiliki cita cita menjadi seorang wanderlust, pengembara dunia. Ia ingin mewujudkan impiannya itu dengan menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Selain itu, ia juga ingin menjadi penulis, sutradara dan juga creativepreneur pemilik Publishing House sekaligus Production House yang sebagian pendapatan perusahaannya akan ia gunakan untuk membuat 1000 taman baca di Indonesia. Tidak hanya di daratan, ia juga ingin membangun taman baca di laut dan udara, seperti: taman baca terapung. (sl/ar)
Posting Komentar
Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...