YPSIM Jadi Contoh Sekolah Keberagaman

Medan –  Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang menjadi program Presiden Joko Widodo saat ini sudah dicetak sebanyak 17,9 juta lembar. Kartu ini sebagai penanda seorang anak berhak mendapat dana program Indonesia Pintar.

“Presiden minta harus ada pengu­rangan kesenjangan layanan pen­di­di­kan antarkelompok masyarakat serta untuk mendorong anak-anak mini­mal tamat SMA/SMK. Tujuan­nya wajib belajar 12 tahun. Salah satu instrumen yakni mengawal Indone­sia pintar.  Saat ini, tantangan yang terjadi, masih ada 15-20 persen KIP yang belum sampai ke anak-anak. Ada yang masih dalam per­jalanan, yang paling banyak masih ada di kelurahan,” kata Dirjen Pen­didikan Dasar dan Menengah Ke­mendikbud Hamid Muhammad PhD saat mem­be­rikan sambutan pa­da HUT ke 29 Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM) di Jalan T Amir Hamzah, Medan Sung­gal,Kamis (25/8).

Dia menjelaskan, program Indo­nesia Pintar melalui KIP awalnya ada perjanjian dengan distributor diantar ke rumah masing-masing, tetapi karena jumlah belasan juta akhirnya dikoordinasikan distributor dengan kepala desa. “Kepada anak-anak, kalau belum dapat KIP tetapi merasa berhak, tolong dicek ke ke­lurahan masing-masing, bisa jadi belum disampaikan lurah, kepala desa, RT/RW. Tolong ditanya ya,” pintanya.

Dia mengimbau, begitu dapat kartu anak-anak diminta untuk men­daftarkan ke sekolah. “Jadi, lapor langsung kepala sekolah dan oleh kepala sekolah dientri didata pokok pendidikan (Dapodik). Begitu masuk ke database, maka dana segera dipro­ses dan nanti kepala sekolah akan mendapat pemberitahuan kapan anak-anak bisa mengambil di bank. Untuk SD-SMPdan SMK di BRI dan SMA di BNI,” katanya.

Selama ini, lanjutnya ada kesa­lahpahaman semua dapat kartu, langsung datang ke bank. Padahal, dalam amplop ada petunjuk. “Jangan kartu diambil petunjuk dibuang. Ba­ca petunjuk, lakukan tahapan, baru diproses. Ini Pak Walikota mo­hon dibantu karena program nasional dan harus diselesaikan, anak-anak yang dapat KIP warnanya unggu, tolong diberikan ke sekolah untuk dientri, bagi yang putus sekolah dan dapat kartu bisa kembali ke sekolah dan ditata balik kembali,”ucapnya.

Menurutnya, jika tidak mau se­kolah, bisa digunakan di program di paket A, B danC atau untuk kursus. Sementara ketika anak tidak dapat KIP tetapi orangtua dapat Kartu Ke­luarga Sejahtera (KKS), maka KKS dibawa ke sekolah dan oleh sekolah dientri ke Dapodik. Nanti sudah ada slot untuk mengentri KKS. “Semua anak yang orangtuanya memiliki KKS berhak mendapatkan KIP,” te­gasnya.

Dia melanjutkan, kalau misalnya KIP tidak dapat, dan orangtua tidak memiliki KKS tetapi ada anak yang diidentifikasi fakir miskin, yatim piatu tinggal di panti asuhan dan rawan drop out. Tolong didaftarkan ke sekolah dan sekolah memasukkan ke usulan sekolah dan nantinya akan diproses ke Kemensos untuk dilihat apakah keluarga ini berhak mendapat KKS dan KIP.”Jadi, tolong jangan khawatir kalau misalnya ada lurah tidak mau menyalurkan karena sejumlah keluarga yang seharusnya dapat tetapi tidak dapat, maka cara yang terbaik KIP yang sudah ada di salurkan dan yang belum dapat di­usulkan sehingga tidak ada benturan di lapangan,” sarannya.

Jadi Contoh

Terkait HUT YP SIM, Hamid Mu­hammad menegaskan, apa yang dilakukan YP SIM menjadi contoh riil bagaimana merajut tenun ke­bangsaan sebagai istilah yang sering dipakai mantan Mendikbud Anies Baswedan. Dia melihat, akhir-akhir ini per­kembangan di sejumlah tem­pat to­leransi menjadi barang yang mahal. Kalau dibiarkan, bisa jadi nama In­donesia hanya tinggal ke­nangan di kemudian hari.

“Embrio sudah masuk di sekolah-sekolah, dengan adanya sekolah-sekolah yang sifatnya sektarian, dan tidak peduli dengan jiwa  kebang­saan. Maka, melihat sekolah yang didirikan dr Sofyan Tan yang me­nganut keberagaman akan men­jadi contoh  riil bagaimana merajut tenun kebangsaan.Indonesia ada kalau kita mengakui keberagaman, multi etnik, multi agama, multi aga­ma yang di­miliki,” katanya.

Ketika keberagaman ditiadakan, lanjutnya maka disitulah Indonesia berakhir. Kita harus mengawal dan melanggeng hal ini melalui pendi­dikan, pendidikan yang nanti akan mewa­riskan semangat kebangsaan di kemudian hari.  “Ini contoh riil. Saya sangat apresiasi, contoh ini bisa dila­kukan di sekolah lain, walaupun ben­tuknyatidak harus sama,” sa­rannya.

Perbedaan Anugerah

Walikota Medan, Dzulmi Eldin mengucapkan selamat atas HUT ke 29 YP SIM dan diharapkan terus menjunjung kebhinekaan. Kebera­daan YP SIM yang menganut kebera­gaman menjadi salah satu solusi un­tuk mempereratkan perbedaan ka­rena perbedaan bukan untuk dibe­da-bedakan oleh anak-anak kita sejak dini. Tetapi, perbedaan ini adalah anugerah yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia khususnya kota Medan. “Karena perbedaan yang dimiliki menjadi kekuatan un­tuk menyatukan diri, saling hormat menghormati, dan menghargai men­jadi kunci utama melihat perbe­da­an. Apa yang diperoleh di sekolah ini hendaknya dipahami dan diso­sia­lisasikan di masyarakat,” katanya.

Ketua Dewan Pembina YP SIM,dr ­Sofyan Tan mengakui, awal pemba­ngunan sekolah YP SIM yang mene­rapkan pendidikan multi­kul­tural ada­lah sangat sulit dan mengun­dang ke­curigaan dari berbagai pihak apa­lagi di dalamnya terdapat rumah iba­dah.

Namun seiring berjalannya waktu  tutur Sofyan Tan, model pendidikan seperti ini akhirnya dilihat oleh pe­merintah sebagai salah satu bentuk konkrit jawaban terhadap munculnya berbagai peristiwa intoleransi yang akhir-akhir ini muncul di Indonesia.

Turut hadir Kepala Badan Pene­litian dan Pengembangan Kemen­dik­bud,Totok Suprayitno, Anggota  Komisi D DPRD Kota Medan Daniel Pinem,Wakil Konjen Republik Rak­yat Tiongkok Song Yuejin. Sejumlah donatur pembangunan se­kolah dan anak asuh di antaranya Irman Tjui, Rudi Kiswoto, Iwan Har­tono Alam, Djoesianto Law,Yanno (Tanoto Foun­dation),Salimin Djo­han Wang dan lainnya. (maf/Analisa/26 Agustus 2016)

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates