Cheerleader, Butuh Kekompakan dan Kepercayaan

Menyalurkan bakat seni, khususnya seni tari berkelompok menjadi minat kebanyakan remaja putri. Salah satunya seni tari dalam pemandu sorak (cheerleader). Memadukan kemampuan musik, tari, serta teriakan menjadi keahlian yang dibutuhkan. Selain sebagai penyaluran hobi, cheerleader juga dipandang mampu memupuk solidaritas, khususnya dengan belajar memahami antaranggota. Hal ini mengingat dinamika gerakan yang dilakukan tim cheers (cheerleader biasa disingkat) membutuhkan kekompakan dan kepercayaan antar personil.

Demikian menurut Risha Ananda Putri dan Desy Indryani Syahfitri dari tim Cheerleader SMA Sultan Iskandar Muda Medan. Risha, selaku captain (pemimpin) tim cheers yang duduk di kelas XII Ilmu Alam ini mengatakan keputusannya bergabung di ekstrakulikuler (ekskul) ini karena didorong rasa penasaran dan hobi menarinya. “Saya sering lihat cheerleader di berbagai kompetisi di Medan, kok sepertinya menarik ya. Ditambah lagi saya memang suka menari dan ikut klub dance sejak SMP,” ujarnya saat ditemui Analisa di sekolah.

Begitu pula dengan rekannya, Indy selaku wakil captain. Indy awalnya mendengar kegiatan cheers ini sejak SMP berdasarkan informasi kakaknya yang juga menuntut ilmu di sekolah ini. “Awalnya kakak saya bilang ekskul ini sulit. Saya penasaran, sulitnya seperti apa? Maka dari itu saya coba,” tuturnya. Bahkan mereka berdua sama-sama menyenangi serial drama Korea “Cheers Up” tentang kehidupan pelajar yang bergabung dalam cheerleader squad (tim pemandu sorak) di sekolahnya.

Indy yang merupakan siswa kelas XII Ilmu Sosial, dalam kegiatan latihan rutin mendampingi Risha dalam mengarahkan anggota yang merupakan adik kelas mereka. Mereka berdua menekankan pentingnya kekompakan dalam tim cheers. “Satu saja tidak kompak dalam gerakan, semuanya bisa hancur,” ungkap Risha.

Bermanfaat

Ekskul ini dibuat dengan tujuan menyediakan media penyegaran bagi siswa-siswi. Jadi bagi mereka yang lelah setelah belajar di kelas bisa mengikuti kegiatan ini, bahkan tidak menutup kemungkinan mengukir prestasi di dalamnya. “Jadi tidak hanya berprestasi di akademik, tapi juga di bidang ekstrakulikuler,” ucap Kepala Sekolah Edy Jitro Sihombing, M.Pd.

Disediakannya beragam jenis ekskul dimaksudkan demi memfasilitasi minat siswa yang beragam, termasuk cheers. Bentuk dukungan penuh diberikan dari sekolah. Pembelian seragam tim, konsumsi sewaktu latihan, biaya pendaftaran kompetisi, iuran pelatih, semua hal ini ditanggung pihak sekolah. Siswa sama sekali tidak dikutip bayaran. Dengan ini diharapkan siswa dapat bersungguh-sungguh mengikuti sesi latihan.

Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA Sultan Iskandar Muda Medan Lifransius H Simamora, S.Pd. selaku pembina menambahkan, kegiatan ekskul ini penting diadakan untuk mengembangkan bakat siswa dalam bidang seni dan mengalihkan perhatian siswa dari hal-hal yang dilarang, seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, serta perilaku brutal geng motor. Oleh karena itu, sekolah mendukung penuh kegiatan ekskul di sekolah mereka. Ia juga menyatakan ke depannya akan mengadakan rapat khusus bulanan dengan mengumpulkan semua pelatih dan pembina ekskul di sekolah ini untuk membahas target dan program nyata yang ingin dicapai. Selain pembina dan pelatih, ekskul cheerleader juga dipimpin seorang captain.

Untuk saat ini, periode jabatan Risha dan Indy sebagai captain dan wakil akan segera berakhir. Oleh sebab itu, mereka kini tengah sibuk mengkader adik-adik kelas agar siap melanjutkan amanah sebagai captain dan wakil yang baru. “Sudah kelas tiga, sudah mendekati masa-masa fokus persiapan ujian akhir. Jadi tidak terlalu aktif lagi,” ujarnya.

Mereka rutin melakukan latihan tiap hari Rabu dan Jumat dari pukul  14.00 WIB hingga 17.00 WIB. Kecuali dalam rangka persiapan kompetisi, mereka bisa menjalankan latihan setiap hari. Untuk ketahanan fisik, mereka tidak perlu khawatir sebab pelatih selalu mengingatkan untuk mengonsumsi vitamin demi menjaga daya tahan tubuh.

Posisi dan Gerakan

Dalam melakukan gerakan-gerakan cheers, semisal membentuk piramid dan sebagainya, tiap anggota dibagi perannya dalam posisi tertentu. Posisi tersebut yakni, Base (posisi di dasar), Second (menempati bagian atas dari Base), Flyer (orang yag dilempar ke udara kemudian ditangkap lagi oleh tim) dan Backer (penyokong). Risha dan Indy pernah merasakan semua posisi tersebut, namun paling sering menempati posisi Base.

“Kita biasa jadi base, berada di dasar. Tugasnya menopang badan flyer atau second yang berdiri di atas tangan kita. Kita memegangi kaki mereka. Kemudian mengangkatnya dengan gerakan chicken half atau chicken full,” jelasnya seraya memeragakan kedua gerakan tersebut.

Chicken half adalah gerakan mengangkat badan rekan sebatas dada si pengangkat, sedangkan chicken full mengangkatnya penuh hingga ke atas kepala mereka yang mengangkat, tentunya dengan tangan lurus ke atas.

Dalam tiap latihan, selalu dilakukan pemanasan untuk melatih peregangan otot, perkenalan gerakan, seperti membentuk gugus piramid, melakukan lemparan (toss), dan lain-lain.

Oleh: Dewanty Ajeng Wiradita.

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates