Sekolah di Aceh Belajar Kelola Keberagaman di YPSIM


MEDAN – Sebagai salah satu sekolah dengan siswa multikultultural di Kota Medan, Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Medan mendapat kepercayaan untuk menularkan metode yang digunakan untuk menjaga keberagaman yang ada.

Salah satu yang ingin mengadopsi metode tersebut adalah Sekolah Sukma Bangsa di Pidie dan Lhokseumawe Aceh yang baru-baru ini mengunjungi sekolah di Kecamatan Medan Sunggal tersebut.

Tidak hanya melihat langsung bagaimana praktiknya di lapangan, pihak sekolah mengagendakan kerja sama dengan YPSIM melalui pertukaran guru dan pelajar untuk memperdalam penerapan pendidikan multikulural dalam jangka waktu yang lama.

“Bukan tidak mungkin ke depan akan ada kerja sama antara sekolah. Salah satu tujuan kami agar guru-guru kami bisa lebih memperdalam penerapan pendidikan multikultural dalam jangka waktu yang lama jika dilakukan pertukaran,” ujar Wakil Kepala Sekolah SMP Sukma Bangsa, Sugeng Handayani, Minggu (8/11/2015)

Sugeng menjelaskan, Jumat (6/11) lalu, dirinya 14 guru Sekolah Sukma Bangsa mengunjungi YPSIM yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara dua sekolah tersebut.

Selain itu, para guru menyaksikan praktik pendidikan multikultural dan toleransi beragama di lingkungan sekolah yang disambut Koordinator YPSMI, Sarmulia Sinaga dan staf

Menurutnya, budaya saling memahami dan menghargai perbedaan itu merupakan rahmat, karena itu siswa juga harus diberi pemahaman belajar saling menghargai perbedaan sejak di bangku sekolah.

Dalam pertukaran guru tersebut naninya menurut Sugeng, para guru YPSIM bisa mempelajari nilai-nilai keberagaman budaya di Sekolah Sukma Bangsa baik itu di Pidie, Bireuen maupun di Lhokseumawe.

“Sekolah Sukma Bangsa didirikan di tiga lokasi, Pidie, Birieun dan Lhokseumawe pasca terjadinya bencana tsunami di NAD. Sekolah kita awalnya diperuntukan untuk anak-anak korban konflik dan bencana tsunami,” tutur Sugeng.

Pada kunjungan tersebut, rombongan guru Sekolah Sukma Bangsa mendapat penjelasan secara gamblang bagaimana pendidikan multikultural dan toleransi beragama bisa diterapkan di YP SIM mulai di ruang kelas hingga di lingkungan sekolah.

Selain itu para guru juga diajak berkeliling untuk menyaksikan secara langsung praktik pendidikan multikultural tersebut. Selain itu, praktik sekolah multicultural tersebut juga sebelumnya sudah dituangkan dalam buku berjudul “Merawat Keberagaman” yang berisi pengalaman guru YPSIM.

Kendati belum sepenuhnya bisa dilaksanakan lantaran siswa maupun lingkungan sekolah Sukma Bangsa masih homogen, namun menurutnya, pengembangan pendidikan multikultural akan dilakukan.

“Makanya kami juga ingin melihat bagaimana praktik keberagaman etnis, ras, agama dan budaya diterapkan di lingkungan sekolah jika nantinya siswa kami sudah heterogen,”sebut Sugeng.

Sarmulia Sinaga mewakili YPSIM meyambut baik kunjungan Sekolah Sukma Bangs

a yang membawa misi pertukaran guru untuk memahami dan mempelajari lebih mendalam penerapan pendidikan multikultural yang selama ini telah dilakukan YP SIM.

“Kunjungan tersebut merupakan kedua kalinya setelah beberapa waktu lalu satu tim Sekolah Sukma Bangsa mengunjungi YPSIM. Kunjungan kedua ini mereka berharap ada jalinan kerjasama dalam hal pertukaran guru yang selanjutnya dilakukan pertukaran siswa,”sebut Sarmulia.

Pihaknya juga akan menindaklanjuti rencana kerja sama tersebut.”Nanti setelah musyawarah akan kami komunikasikan kembali ke pihak Sekolah Sukma Bangsa. Tentunya kami berharap kerjasama ini bisa terlaksana dengan baik ke depannya,” ucapnya. (sah/sdf)

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates