Wirausahawan Harus Berani Mencoba


Medan, (Analisa). Modal utama seorang calon wirausahawan bukan tergantung berapa banyak uang yang dimiliki, melainkan punya ide usaha dan tahu cara mewujudkannya,” demikian ditegaskan Salimin Djohan Wang, seorang pengusaha kedai kopi, yang telah sukses mengembangkan empat buah gerai kopi di Medan di depan ratusan siswa SMA/SMK, SMP dan SD Perguruan Sultan Iskandar Muda, dalam Seminar bertema “Seminar Penguatan Etos Belajar, Berkarya dan Berprestasi Anak asuh” di aula sekolah tersebut, Kamis (30/10).

Alumni Institut Pendidikan Manjamen (IPMI) 1993, itu lalu memberi contoh pengalamannya saat merintis usaha kedai kopi pada tahun 2008. Salimin Johan tak memulai dengan membeli mesin peracik kopi, membangun gudang kopi atau merekrut karyawan. Intinya ia tak memulai dengan modal besar.

“Saya pinjam kuali dan kompor isteri untuk menggoreng kopi. Saya juga melakukan beberapa kali eksperimen sendiri sampai akhirnya saya menemukan rasa kopi yang diinginkan,”tuturnya. Seorang calon wirausahawan memang harus berasni bereksperimen atau melakukan percobaan. Tentang kiat memulai sebuah usaha dengan modal kecil menurut Salimin Djohan untuk mengurangi resiko traumatis jika usaha yang dirintis gagal.

“Kalau wirausaha pemula gagal dampaknya bisa trauma tak mau menyoba usahanya lagi,”tambahnya.

Sebaliknya seorang wirausahawan pemula yang merintis usaha dengan modal kecil, tidak akan trauma dan berani menyoba kembali karena modal yang hilang juga kecil. Beda jika memulainya dengan modal besar. “Sekali gagal, ratusan juta atau miliaran rupiah lenyap,”katanya. Perlu Mentoring

Walau demikian mantan branch manager sebuah petusahaan yang memroduksi minuman ringan dan mi instan itu juga menegaskan bahwa tak ada kiat atau teori yang berlaku mutlak-mutlakan untuk jadi wirausahawan. Ia hanya menganjurkan kepada siswa yang kelak hendak terjun sebagai wirausahan agar sejak dini ikut membantu mengelola usaha dagang yang dimiliki orangtua, kerabat orangtua atau sanak keluarga lain.

“Mentoring bisnis seperti itu, kelak sangat berguna saat seseorang terjun sebagai pebisnis,”tambahnya. Ia lalu memberi contoh sederhana. Jika ada orangtua siswa yang berjualan hasil bumi di pasar tradisional, atau bertjualan mie goreng, siswa dapat ikut membantu membuat pembukuan sederhanaatau membantu ikut berjualan sepulang sekolah.

Mentoring semacam ini menurut Salimin Djohan merupakan modal praktis yang kelak berguna saat siswa sudah mengelola usaha mereka sendiri.

Saat seorang siswa menanyakan alasannya terjun ke bisnis kedai kopi Salim Djohn menyebut tentang fenomena kebutuhan orang kota terhadap tempat untuk bersantai. Minum kopi kini juga telah menjadi gaya hidup orang-orang Kota, terutama mereka yang sehari-hari sibuk bekerja di kantor.

“Orang-orang kota butuh butuh tempat relaksasi yang terjangkau dan membangkitkan kebugaran syaraf otak, kedai kopi solusinya,”ujarnya. Segelas kopi yang menebar aroma harum di hidung, serta rasa kopi yang mengigit di lidah karena kandungan kafeinnya, dipercaya membuat syaraf otak terurai rileks setelah dipompa keras selama berjam-jam di kantor. Kedai kopi juga kini menjadi tempat orang membuat deal-deal bisnis

Kegiatan seminar yang dimoderatori J Anto, pembina Majalah Simpul Siswa Perguruan Sultan Iskandar Muda itu dibuka oleh Amelinda Siahaan Koordinator Program Anak Asuh yang berharap siswa anak asuh dapat memetik hikmah dari kisah sukses Salimin Djohan sebagai pengusaha kedai kopi walau sebelumnya adalah seorang profesional tulen. (rel/rrs)

Analisa Edisi: 01 November 2014

Posting Komentar

Bagaimana tanggapanmu ?.. yuk tulis disini...

Copyright © Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM).
Designed by ODDTHEMES Shared By Way Templates